Kaliini saya akan membagikan 2 contoh teks editorial tentang lingkungan Minggu (17/4/2016). Ibadah khusus Hari Bumi tersebut dilaksanakan secara serentak di 627 gereja dan 31 Pos Pekabaran Injil GKPS yang tersebar di berbagai daerah di Tanah Air. Pada ibadah Hari Bumi tersebut, seluruh ritual ibadah, baik pengakuan dosa, refleksi dan

IBADAH PENGERTIAN, MACAM DAN KELUASAN CAKUPANNYAOleh Syaikh Dr. Shalih bin Fauzan al FauzanDefinisi Ibadah Ibadah secara etimologi berarti merendahkan diri serta tunduk. Di dalam syara’, ibadah mempunyai banyak definisi, tetapi makna dan maksudnya satu. Definisi itu antara lain ialah taat kepada Allah dengan melaksanakan perintah-Nya melalui lisan para adalah merendahkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala yaitu tingkatan tunduk yang paling tinggi disertai dengan rasa mahabbah kecin-taan yang paling ialah sebutan yang mencakup seluruh apa yang dicintai dan diridhai Allah Subhanahu wa Ta’ala , baik berupa ucapan atau perbuatan, yang zhahir maupun yang batin. Ini adalah definisi ibadah yang paling itu terbagi menjadi ibadah hati, lisan dan anggota badan. Rasa khauf takut, raja’ mengharap, mahabbah cinta, tawakkal ketergantungan, raghbah senang dan rahbah takut adalah ibadah qalbiyah yang berkaitan dengan hati. Sedangkan shalat, zakat, haji dan jihad adalah ibadah badaniyah qalbiyah fisik dan hati. Serta masih banyak lagi macam-macam ibadah yang berkaitan dengan hati, lisan dan inilah yang menjadi tujuan penciptaan manusia. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirmanوَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ ﴿٥٦﴾ مَا أُرِيدُ مِنْهُمْ مِنْ رِزْقٍ وَمَا أُرِيدُ أَنْ يُطْعِمُونِ ﴿٥٧﴾ إِنَّ اللَّهَ هُوَ الرَّزَّاقُ ذُو الْقُوَّةِ الْمَتِينُDan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembahKu. Aku tidak menghendaki rezki sedikitpun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi Aku makan. Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi rezki Yang Mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh. [Adz-Dazariyat/51 56-58]Allah Subhanahu wa Ta’ala memberitahukan, hikmah penciptaan jin dan manusia adalah agar mereka melaksanakan ibadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala . Dan Allah Mahakaya, tidak membutuhkan ibadah mereka, akan tetapi merekalah yang membutuhkannya; karena ketergantungan mereka kepada Allah, maka mereka menyembahNya sesuai dengan aturan syari’atNya. Maka siapa yang menolak beribadah kepada Allah, ia adalah sombong. Siapa yang menyembahNya tetapi dengan selain apa yang disyari’atkanNya maka ia adalah mubtadi’ pelaku bid’ah. Dan siapa yang hanya menyembahNya dan dengan syari’atNya, maka dia adalah mukmin muwahhid yang mengesakan Allah.Macam-Macam Ibadah Dan Keluasan Cakupannya Ibadah itu banyak macamnya. Ia mencakup semua macam ketaatan yang nampak pada lisan, anggota badan dan yang lahir dari hati. Seperti dzikir, tasbih, tahlil dan membaca Al-Qur’an ; shalat, zakat, puasa, haji, jihad, amar ma’ruf nahi mungkar, berbuat baik kepada kerabat, anak yatim, orang miskin dan ibnu sabil . Begitu pula cinta kepada Allah dan RasulNya, khasyyatullah takut kepada Allah, inabah kembali kepadaNya, ikhlas kepadaNya, sabar terhadap hukumNya, ridha dengan qadha’Nya, tawakkal, mengharap nikmatNya dan takut dari ibadah mencakup seluruh tingkah laku seorang mukmin jika diniatkan qurbah mendekatkan diri kepada Allah atau apa-apa yang membantu qurbah. Bahkan adat kebiasaan yang mubah pun bernilai ibadah jika diniatkan sebagai bekal untuk taat kepadaNya. Seperti tidur, makan, minum, jual-beli, bekerja mencari nafkah, nikah dan sebagainya. Berbagai kebiasaan tersebut jika disertai niat baik benar maka menjadi bernilai ibadah yang berhak mendapatkan pahala. Karenanya, tidaklah ibadah itu terbatas hanya pada syi’ar-syi’ar yang biasa YANG SALAH TENTANG PEMBATASAN IBADAH Ibadah adalah perkara tauqifiyah . Artinya tidak ada suatu bentuk ibadah pun yang disyari’atkan kecuali berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah. Apa yang tidak disyari’atkan berarti bid’ah mardudah bid’ah yang ditolak, sebagaimana sabda Nabi Shallallahu alaihi wa sallam مَنْ أَحْدَثَ فِى أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّBarangsiapa melaksanakan suatu amalan tidak atas perintah kami, maka ia ditolak [HR al-Bukhari dan Muslim]Maksudnya, amalnya ditolak dan tidak diterima, bahkan ia berdosa karenanya, sebab amal tersebut adalah maksiat, bukan ta’at. Kemudian manhaj yang benar dalam pelaksanaan ibadah yang disyari’atkan adalah sikap pertengahan. Antara meremehkan dan malas dengan sikap ekstrim serta melampaui batas. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman kepada NabiNya Shallallahu alaihi wa sallamفَاسْتَقِمْ كَمَا أُمِرْتَ وَمَنْ تَابَ مَعَكَ وَلَا تَطْغَوْا Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan juga orang yang telah taubat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas.[Hud/11 112]Ayat al-Qur’an ini adalah garis petunjuk bagi langkah manhaj yang benar dalam pelaksanaan ibadah. Yaitu dengan beristiqamah dalam melaksanakan ibadah pada jalan tengah, tidak kurang atau lebih, sesuai dengan petunjuk syari’at sebagaimana yang diperintahkan padamu. Kemudian Dia menegaskan lagi dengan firmanNya “Dan janganlah kamu melampaui batas.”Tughyan adalah melampaui batas dengan bersikap terlalu keras dan memaksakan kehendak serta mengada-ada. Ia lebih dikenal dengan Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam mengetahui bahwa tiga orang dari sahabatnya melakukan ghuluw dalam ibadah, di mana seorang dari mereka berkata, “Saya puasa terus dan tidak berbuka”, dan yang kedua berkata, “Saya shalat terus dan tidak tidur”, lalu yang ketiga berkata, “Saya tidak menikahi wanita”. Maka beliau Shallallahu alaihi wa sallam bersabdaلَكِنِّيْ أَصُوْمُ وَأُفْطِرُ، وَأُصَلِّي وَأَرْقُدُ، وَأَتَزَوَّجُ النِّسَاءَ، فَمَنْ رَغِبَ عَنْ سُنَّتِيْ فَلَيْسَ مِنِّيْAdapun saya, maka saya berpuasa dan berbuka, saya shalat dan tidur, dan saya menikahi perempuan. Maka barangsiapa tidak menyukai jejakku maka dia bukan dari bagian atau golongan-ku. [HR al-Bukhari dan Muslim]Ada Dua Golongan Yang Saling Bertentangan Dalam Soal Ibadah. Golongan Pertama. Yang mengurangi makna ibadah serta meremehkan pelaksanaannya. Mereka meniadakan berbagai macam ibadah dan hanya melaksanakan ibadah-ibadah yang terbatas pada syi’ar-syi’ar tertentu dan sedikit, yang hanya diadakan di masjid-masjid saja. Tidak ada ibadah di rumah, di kantor, di toko, di bidang sosial, politik, juga tidak dalam peradilan kasus sengketa dan dalam perkara-perkara kehidupan masjid mempunyai keistimewaan dan harus dipergunakan dalam shalat fardhu lima waktu. Akan tetapi ibadah mencakup seluruh aspek kehidupan muslim, baik di masjid maupun di luar Kedua. Yang bersikap berlebih-lebihan dalam praktek ibadah sampai pada batas ekstrim; yang sunnah mereka angkat sampai menjadi wajib, sebagaimana yang mubah mereka angkat menjadi haram. Mereka menghukumi sesat dan salah orang yang menyalahi manhaj mereka, serta menyalahkan pemahaman-pemahaman sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam dan seburuk-buruk perkara adalah yang bid’ UBUDIYAH YANG BENAR Sesungguhnya ibadah itu berlandaskan pada tiga pilar sentral, yaitu hubb cinta, khauf takut dan raja’ harapan.Rasa cinta harus dibarengi dengan sikap rasa rendah diri, sedangkan khauf harus dibarengi dengan raja’ . Dalam setiap ibadah harus terkumpul unsur-unsur Subhanahu wa Ta’ala berfirman tentang sifat hamba-hambaNya yang mukminيُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَهُDia mencintai mereka dan mereka mencintaiNya [Al-Ma’idah/5 54]وَالَّذِينَ آمَنُوا أَشَدُّ حُبًّا لِلَّهِAdapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah [Al-Baqarah/2 165]Dia Subhanahu wa Ta’ala berfirman menyifati para rasul dan كَانُوا يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَيَدْعُونَنَا رَغَبًا وَرَهَبًا ۖ وَكَانُوا لَنَا خَاشِعِينَSesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam mengerjakan perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdo’a kepada Kami dengan harap dan cemas. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu kepada Kami [Al-Anbiya/21 90]Sebagian salaf berkata “Siapa yang menyembah Allah dengan rasa hubb cinta saja maka ia zindiq[1]. Siapa yang menyembahNya dengan raja’ harapan saja maka ia adalah murji’[2]. Dan siapa yang menyembahNya hanya dengan khauf takut saja, maka ia adalah haruriy[3]. Siapa yang menyembahNya dengan hubb, khauf dan raja’ maka ia adalah mukmin muwahhid.” Hal ini disebutkan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam Risalah juga berkata “Dien Allah adalah menyembahNya, ta’at dan tunduk kepadaNya. Asal makna ibadah adalah adzdzull hina. Dikatakan ” ” jika jalan itu dihinakan dan diinjak-injak oleh kaki manusia. Akan tetapi ibadah yang diperintahkan mengandung makna dzull dan hubb. Yakni mengandung makna dzull yang paling dalam dengan hubb yang paling tinggi kepadanya. Siapa yang tunduk kepada seseorang dengan perasaan benci kepadanya, maka ia bukanlah menghamba menyembah kepadanya. Dan jika ia menyukai sesuatu tetapi tidak tunduk kepadanya, maka ia pun tidak menghamba menyembah kepadanya. Sebagaimana seorang ayah mencintai anak atau rekannya. Karena itu tidak cukup salah satu dari keduanya dalam beribadah kepada Allah, tetapi hendaknya Allah lebih dicintainya dari segala sesuatu dan Allah lebih diagungkan dari segala sesuatu. Tidak ada yang berhak mendapat mahabbah cinta dan khudhu’ ketundukan yang sempurna selain Allah[4]. Inilah pilar-pilar kehambaan yang merupakan poros segala amal Qayyim berkata dalam Nuniyah-nya “Ibadah kepada Ar-Rahman adalah cinta yang dalam kepada-Nya, beserta kepatuhan penyembahNya. Dua hal ini adalah ibarat dua kutub. Di atas keduanyalah orbit ibadah beredar. Ia tidak beredar sampai kedua kutub itu berdiri tegak. Sumbunya adalah perintah, perintah rasulNya. Bukan hawa nafsu dan syetan.”Ibnu Qayyim menyerupakan beredarnya ibadah di atas rasa cinta dan tunduk bagi yang dicintai, yaitu Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan beredarnya orbit di atas dua kutubnya. Beliau juga menyebutkan bahwa beredarnya orbit ibadah adalah berdasarkan perintah rasul dan syari’atnya, bukan berdasarkan hawa nafsu dan setan. Karena hal yang demikian bukanlah ibadah. Apa yang disyari’atkan baginda Rasul Shallallahu alaihi wa sallam itulah yang memutar orbit ibadah. Ia tidak diputar oleh bid’ah, nafsu dan DITERIMANYA IBADAH Agar bisa diterima, ibadah disyaratkan harus benar. Dan ibadah itu tidak benar kecuali dengan ada karena Allah semata, bebas dari syirik besar dan dengan tuntunan Rasul Shallallahu alaihi wa sallamSyarat pertama adalah konsekuensi dari syahadat laa ilaaha illa-llah, karena ia mengharuskan ikhlas beribadah hanya untuk Allah dan jauh dari syirik syarat kedua adalah konsekuensi dari syahadat Muhammad Rasulullah, karena ia menuntut wajibnya ta’at kepada Rasul, mengikuti syari’atnya dan meninggalkan bid’ah atau ibadah-ibadah yang diada-adakan. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirmanبَلَىٰ مَنْ أَسْلَمَ وَجْهَهُ لِلَّهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ فَلَهُ أَجْرُهُ عِنْدَ رَبِّهِ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَTidak demikian bahkan barangsiapa yang menyerahkan diri kepada Allah, sedang ia berbuat kebajikan, maka baginya pahala pada sisi Tuhannya dan tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati.. [Al-Baqarah/2 112]Aslama wajhahu menyerahkan diri artinya memurnikan ibadah kepada Allah. Wahuwa muhsin berbuat kebajikan artinya mengikuti RasulNya Shallallahu alaihi wa sallam .Syaikhul Islam mengatakan “Inti agama ada dua pokok yaitu kita tidak menyembah kecuali kepada Allah, dan kita tidak menyembah kecuali dengan apa yang Dia syariatkan, tidak dengan bid’ah.” Sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirmanفَمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًاBarangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya.[Al-Kahfi/18 110]Yang demikian adalah manifestasi perwujudan dari dua kalimat syahadat Laa ilaaha illallah dan Muhammad yang pertama, kita tidak menyembah kecuali kepadaNya. Pada yang kedua, bahwasanya Muhammad adalah utusanNya yang menyampaikan ajaranNya. Maka kita wajib membenarkan dan mempercayai beritanya serta menta’ati perintahnya. Beliau telah menjelaskan bagaimana cara kita beribadah kepada Allah, dan beliau melarang kita dari hal-hal baru atau bid’ah. Beliau mengatakan bahwa bid’ah itu sesat.[Disalin dari kitab At-Tauhid Lish Shaffil Awwal Al-Ali, Edisi Indonesia Kitab Tauhid 1, Penulis Syaikh Dr Shalih bin Fauzan bin Abdullah bin Fauzan, Penerjemah Agus Hasan Bashori Lc, Penerbit Darul Haq] _______ Footnote [1] Zindiq adalah istilah untuk setiap munafik, orang yang sesat dan mulhid, -pent. [2] Murji’ adalah orang Murji’ah, yaitu golongan yang mengatakan bahwa amal bukan bagiandari iman. Iman hanya dengan hati ,-pent [3] Haruriy adalah orang dari golongan Khawarij, yang pertama kali muncul di Harurro, dekat Kufah, yang berkeyakinan bahwa orang mukmin yang berdosa adalah kafir ,-pent [4] Majmu’ah Tauhid Najdiyah 542 Home /A4. Makna dan Hakikat.../Ibadah Pengertian, Macam...
4 Pelaku Ritual Ibadah. Contoh lain dari arti esensi bisa dilihat pada ritual ibadah. Mungkin bagi banyak orang, ibadah akan melahirkan penafsiran berbeda, apakah mengandung makna batin mendalam selama dijalankan, atau justru hanya sekedar
- Tujuan diciptakannya manusia adalah untuk beribadah kepada Allah SWT, sebagaimana tergambar dalam surah Adz-Dzariyat ayat 56. Dalam Islam, amal ibadah terdiri atas ibadah mahdhah dan ghairu mahdhah. Lantas, apa pengertian dua istilah tersebut dan contohnya? Ibadah yang disyariatkan Islam bertujuan untuk mendidik manusia agar senantiasa meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT. Bunyi firman Allah SWT dalam surah Adz-Dzariyat ayat 56 adalah sebagai berikut “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku,” QS. Adz-Dzariyat [51] 56. Pengertian ibadah sendiri adalah segala sesuatu yang disukai Allah SWT dan yang diridai-Nya, baik berupa perkataan atau perbuatan, baik terang- terangan maupun diam-diam, sebagaimana dikutip dari Kajian Fiqh Nabawi & Fiqh Kontemporer 2008. Berdasarkan pengertian di atas, ibadah tidak sebatas pada ibadah salat, puasa, dan sebagainya. Namun, segala perkataan baik, menjauhi gibah, membantu orang tua, dan sebagainya tergolong ibadah karena tergolong aktivitas yang diridai Allah juga Apa itu Hukum Taklifi, Macam-Macam, serta Contohnya dalam Islam Apa itu Hukum Wadh'i, Macam-macam, dan Contohnya Pengertian Ibadah Mahdhah dan Ghairu Mahdhah Beserta Contohnya Secara umum, ibadah terbagi atas 2 jenis, yakni ibadah mahdhah dan ghairu mahdhah. M. Ali Zainal Abidin dalam uraian "Perbedaan Ibadah Mahdhah dan Ghairu Mahdhah" di NU Online menjelaskan definisi 2 jenis ibadah tersebut. Pertama, dalam bahasa Arab, mahdhah artinya murni dan tidak tercampur dengan apa pun. Selanjutnya, pengertian ibadah mahdhah adalah segala bentuk amalan yang pelaksanaannya syarat, rukun, dan tata caranya sudah ditetapkan oleh nas Al-Quran atau hadis, seperti salat, puasa, zakat, haji, dan sebagainya. Ibadah mahdhah dikerjakan karena ada wahyu, berdasarkan perintah dari Allah SWT untuk ibadah ghairu mahdhah adalah kebalikannya. "Ghairu mahdhah" artinya yang tidak murni atau sudah tercampur dengan hal lain. Dalam perkara ini, ibadah ghairu mahdhah tidak diatur secara spesifik pelaksanaannya, namun bisa menjadi ibadah karena ada niat ikhlas dari muslim bersangkutan. Sebagai misal, tidur adalah perbuatan mubah yang dilakukan manusia, tidak memperoleh dosa atau tidak mendatangkan pahala. Akan tetapi, apabila seorang muslim tidur siang, dengan maksud agar bersemangat untuk bangun demi mendirikan salat tahajud di malam harinya, tidur yang pada mulanya perkara mubah, menjadi bernilai ibadah di sisi Allah SWT. Salah seorang ulama terkenal mazhab Maliki, Ibnu Rusyd menyatakan bahwa ibadah mahdhah adalah ibadah yang tak bisa dijangkau oleh akal budi misal, ibadah salat atau haji tidak akan dilakukan manusia, kecuali karena perintah Allah SWT. Namun, ibadah ghairu mahdhah bisa dinalar bahwa hal itu akan mendatangkan pahala, serta bernilai baik bagi diri sendiri atau lingkungan orang miskin yang membutuhkan, menolong orang tua, menghijaukan lingkungan, mengikuti kerja bakti, dan sebagainya termasuk bagian dari ibadah ghairu mahdhah karena bisa dinalar, serta termasuk dalam aktivitas juga Sejarah dan Pengertian Ibadah Qurban dalam Islam Beserta Dalilnya Rangkuman Materi Mutiara Iman dan Ibadah Kepada Allah SWT - Sosial Budaya Penulis Abdul HadiEditor Addi M Idhom
ArtikelTerkait: 5 Ritual atau Tradisi Kehamilan di Berbagai Daerah Indonesia. Proses Ritual Sedekah Bumi. Dilansir dari Media Indonesia, ritual sedekah bumi dilakukan oleh masyarakat Jawa yang hidup dari mengolah ladang dan sawah. Upacara yang dilakukan untuk mengucap syukur atas hasil bumi tersebut memiliki tiga tahapan prosesi yaitu sebagai
Ilustrasi umat Muslim yang melaksanakan ibadah. Foto PixabayApa itu ibadah? Ibadah merupakan salah satu tujuan penciptaan manusia. Itulah sebabnya, orang yang benar-benar beriman kepada Allah SWT, tentu akan berlomba-lomba dalam hal pedoman ibadah, diutuslah para rasul dan kitab-kitab yang diturunkan oleh Allah SWT. Dalam buku Silsilah Tafsir Ayat Ahkam karya Ustaz Isnan Anshory Lc, secara bahasa ibadah berasal dari bahasa Arab, yakni al-ibadah. Kata tersebut merupakan pola mashdar dari kata kerja abada-ya’budu yang bermakna orang tentang pengertian ataupun macam-macam ibadah, membuat sebagian umat Islam hanya fokus terhadap ibadah tertentu, seperti salat, zakat, atau puasa lebih memahaminya, berikut pengertian ibadah dalam Islam, lengkap dengan tujuan dan Ibadah dalam Agama IslamMerujuk pada buku Mengenal Keutamaan Dan Berkah Amal Ibadah Sedekah Jariyah terbitan Jannah Firdaus Mediapro, para ulama fikih menjelaskan tentang pengertian ibadah sebagai bentuk pekerjaan yang bertujuan untuk mendapatkan ridho Allah SWT dan mendambakan pahala dari-Nya di akhirat kelak. Dalam Islam, ibadah terbagi menjadi tiga bagian mulai dari ibadah dengan anggota badan, hati, dan diucapkan secara lisan. Pembagian tersebut dapat dijadikan sebagai pengertian ibadah sesuai dengan kalimat syahadat yang menyatakan, "Tidak ada Tuhan selain Allah SWT dan Rasulullah Muhammad SAW adalah utusan Allah SWT".Hal tersebut sebagaimana termaktub dalam firman Allah SWT yang artinya berbunyi “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku. Aku tidak menghendaki rizki sedikit pun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi makan kepada-Ku. Sesungguhnya Allah Dia-lah Maha Pemberi rizki Yang mempunyai kekuatan lagi sangat kokoh.” QS. Adz-Dzaariyaat 56-58.Pengertian ibadah dalam Islam bukan semata karena Allah SWT atau Tuhan yang membutuhkan ibadah. Namun, manusia dan jin-lah yang sebenarnya membutuhkan ibadah kepada Tuhannya. Mereka yang menolak atau tidak berupaya beribadah memiliki sebutan orang-orang yang takabur. Seperti dalam Surat An Nahl ayat 18 Allah berfirman “Dan, jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menghitungnya karena banyaknya. Sesungguhnya, Allah benar-benar Maha Penyayang.”Ilustrasi berdoa sebagai salah satu bentuk ibadah kepada Allah SWT. Foto PixabayTujuan IbadahAllah SWT memerintahkan semua hambanya untuk beribadah bukan tanpa alasan. Terdapat tujuan tersendiri di balik perintah untuk beribadah kepada Allah. Tujuan ibadah pada akhirnya akan memberikan manfaat kebaikan bagi siapa saja yang melaksanakannya. Berikut beberapa tujuan beribadah dalam Islam yang diringkas dari buku Al-Wafi Syarah Hadits Arbain Imam An-Nawawi karangan Dr. Musthafa Dib Al-BughaIbadah dilakukan untuk menciptakan hubungan harmonis antara makhluk dan Sang Penciptanya, yaitu Allah dilakukan sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah karena telah menciptakan, memelihara, mengangkat manusia sebagai khilafah di bumi, serta mengizinkan manusia untuk mengambil manfaat yang disediakan oleh dilakukan untuk mengukur sejauh mana kepatuhan para makhluk ciptaan Allah dalam melaksanakan tidaknya seorang hamba dalam melaksanakan perintah Allah akan mempengaruhi nasib mereka di dunia maupun di akhirat untuk kehidupan yang akan dapat mendatangkan rasa aman, damai, dan dilakukan untuk menghilangkan rasa takabur, karena hanya Allah SWT yang memiliki segala dilakukan sebagai bentuk ekspresi bahwa manusia hanya makhluk yang lemah dan membutuhkan setiap pertolongan dan kekuatan dari Allah membaca Alquran sebagai salah satu bentuk ibadah kepada Allah SWT. Foto UnsplashSyarat Ibadah yang DiterimaDalam buku berjudul Tujuan Penciptaan Manusia tulisan Murtadha Muthahhari, syarat utama diterimanya sebuah ibadah ialah sebagai berikut1. Pelaksanaan Ibadah Harus Dilandasi dengan Iman kepada AllahArtinya, seseorang yang melaksanakan ibadah harus yakin bahwa itu merupakan perintah atau anjuran dari Allah SWT. Jika tidak dinyatakan secara tegas bahwa ibadah tersebut termasuk perintah atau anjuran Allah, tetap harus berlandaskan apakah ibadah itu merupakan perintah atau anjuran Nabi Muhammad SAW. Dengan demikian, umat Muslim yakin bahwa ibadah tersebut sesuai dengan syariat, serta yakin akan diterima dan mendapat balasan berupa pahala dari Allah SWT. 2. Ibadah yang Dilaksanakan Harus Dilandasi dengan IlmuArtinya, seorang muslim harus mengetahui dan memahami bahwa ibadah yang dilakukan benar-benar sesuai dengan syariat atau ajaran Islam dan merupakan tuntunan Nabi Muhammad SAW. Oleh sebab itu, iman dan ilmu merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia. 3. Ibadah yang Dilaksanakan Harus Dilandasi dengan IkhlasIlustrasi sholat yang termasuk ibadah dalam bentuk ibadah aktivitas anggota tubuh. Foto UnsplashMacam-Macam IbadahMenurut buku Mengenal Tauhid dan Macam-macamnya milik Nurwan Darmawan, berdasarkan perbuatannya, ibadah dibedakan menjadi empat macam yaitu1. Ibadah QolbiyyahJenis ibadah ini merupakan ibadah yang dilakukan atas dasar hati. Ibadah ini meliputi aspek i’tiqod atau keyakinan, seperti iman kepada Allah SWT. Selain i’tiqod, ada pula dalam bentuk tafakkur seperti merenungkan penciptaan Ibadah QowliyyahIbadah jenis ini dilakukan dalam bentuk aktivitas lisan. Contohnya seperti membaca Alquran, bertasbih, bertahmid, bertahlil, bertakbir, dan lain Ibadah AmaliyyahIbadah amaliyyah adalah ibadah yang dilakukan oleh aktivitas anggota tubuh. Contohnya adalah gerakan dalam sholat, melaksanakan puasa, haji, dan lain Ibadah MaaliyyahIbadah jenis ini dilakukan oleh seorang hamba dengan cara mendermakan hartanya. Misalnya menunaikan zakat dan itu, dalam buku Mukjizat Ibadah Dimana Ibadah Bukan Hanya Sekedar Kewajiban oleh Ibnu Abdullah, para ulama membagi ibadah menjadi dua macam, yaitu ibadah mahdhah dan ibadah MahdhahIbadah mahdhah adalah ibadah yang bersifat ta’abudi atau mempunyai hubungan langsung dengan Allah. Ibadah ini biasanya berupa tindakan penyembahan seorang hamba kepada ulama menyatakan bahwa yang termasuk jenis ibadah mahdhah adalah salat, puasa, haji, dan zikir. Ibadah ini juga disebut sebagai ibadah Mu'amalahIbadah mu'amalah mencakup hubungan antarmanusia dalam rangka mengabdi kepada Allah. Ibadah jenis ini biasanya berupa amal kebajikan yang berkaitan dengan hubungan sesama manusia. Maka, ibadah ini bersifat lebih mudah memahami dua pengertian jenis ibadah tersebut, umat Islam bisa mengambil contoh ibadah berupa salat dan menolong orang yang sedang orang tidak termasuk jenis ibadah mahdhah, karena bukan dalam bentuk menyembah Allah secara langsung. Namun, berupa amal kebaikan yang hubungannya antara seseorang dengan orang jenis ibadah ini masuk dalam pengertian ibadah, meskipun hubungannya berbeda. Mengapa demikian? Sebab, keduanya mempunyai tujuan yang sama, yakni sama-sama berniat mencari keridhoan yang dimaksud dengan ibadah?Apa tujuan ibadah?Apa saja syarat ibadah yang diterima?
VIVAEdukasi – Rukun haji merupakan serangkaian amalan yang harus dilaksanakan dalam ibadah haji dan tidak bisa diganti dengan amalan yang lain. Bila rukun haji tersebut ditinggalkan, maka ibadah haji seseorang menjadi tidak sah. Itulah sebabnya, haji merupakan ibadah yang tidak boleh dilakukan secara sembarangan dan pelaksanaannya harus ditaati Pengertian dan Jenis Ibadah Dalam Islam – Grameds, sebagai umat-Nya, kita perlu mengetahui pengertian dan jenis ibadah dalam Islam sebagai salah satu tujuan penciptaan manusia. Untuk mencapai tujuan ini, para rasul diutus dan kitab suci diwahyukan. Sehingga mereka yang benar-benar beriman kepada Tuhan selalu berlomba-lomba dalam beribadah. Simak informasi berikut terkait pengertian dan jenis ibadah dalam Islam. Pengertian Ibadah dalam IslamJenis-Jenis Ibadah dalam Islam1. Ibadah Qolbiyyah2. Ibadah Qauliyah3. Ibadah Amaliyyah4. Ibadah MaaliyyahIbadah Berlandaskan Rukun Islam1. Dua Kalimat Syahadat2. Sholat3. Puasa4. Zakat5. HajiAmalan Sunnah di Bulan Ramadhan1. Sahur2. Menghatamkan dan mengaji Al-Qur’an3. Bersedekah4. Berbagi makanan dengan orang yang berpuasa5. Memperbanyak berdoa6. Mengutamakan buka puasa jika sudah waktunya7. Iktikaf8. Tidak berbicara kasar9. Umroh10. Qiyam RamadanBeberapa Hal yang Membatalkan Puasa1. Memasukkan sesuatu ke dalam mulut2. Berhubungan suami istri3. Muntah4. Ejakulasi5. Kegilaan6. MurtadIbadah Puasa dan Menu Berbuka yang Dianjurkan Nabi1. Kurma Sebagai Menu Sahur dan Tanggal Puasa2. Berbagai sayuran dan buah-buahan untuk sahur dan berbuka puasa3. Daging domba sebagai menu utama berbuka4. Susu untuk sahur dan berbuka Dalam buku Ustaz Isnan Anshory Lc “Silsilah Tafsir Ayat Ahkam”, kata ibadah berasal dari bahasa Arab yaitu Alibada. Kata ini merupakan pola Mashdal dari kata kerja “badaya” budu, yang berarti ketaatan. Imam Albagawi juga mendefinisikannya sebagai kehinaan diri dan ketaatan yang berdasarkan ketundukan. Pengertian ibadah di sisi lain juga didefinisikan oleh berbagai faktor dari perspektif Syariah. Orang-orang kebanyakan belum mengetahui arti atau jenis ibadah, sehingga sebagian dari kita hanya fokus pada ibadah tertentu, misalnya shalat, zakat, puasa. Padahal, ada segudang jenis ibadah yang perlu kita pahami berdasarkan arti ibadah yang sangat luas. Jenis-Jenis Ibadah dalam Islam Dalam buku Ustaz Isnan Anshory Lc Silsilah Tafsir Ayat Ahkam, ibadah dikategorikan menjadi empat jenis berdasarkan perbuatannya yaitu sebagai berikut. 1. Ibadah Qolbiyyah Artinya semua ibadah dilakukan melalui aktivitas akal. Jika ibadah ini mencakup aspek i`tiqod atau keyakinan seperti keyakinan akan adanya Allah SWT. Selain i`tiqod sebagai cinta Tuhan, atau dalam bentuk tafakkur sebagai kontemplasi terhadap ciptaan Tuhan. 2. Ibadah Qauliyah Jenis ibadah ini dilakukan melalui kegiatan lisan. Misalnya, membaca Al-Qur’an, Kemuliaan, Termid, Takbir, Takbir, dll. 3. Ibadah Amaliyyah Ibadah Amaliyyah adalah jenis ibadah yang dilakukan melalui aktivitas anggota badan. Contohnya termasuk shalat, puasa, dan gerakan haji. 4. Ibadah Maaliyyah Jenis ibadah ini dilakukan oleh seorang hamba yang menyumbangkan hartanya. Misalnya, membayar Zakat dan Bershodaqoh. Sebelum melangkah ke pemahaman ibadah yang lebih jauh, terlebih dahulu kita harus mengenal rukun Islam, rukun Islam harus diamalkan oleh semua orang yang beragama Islam agar dapat digunakan sebagai tanda atau ukuran keislaman mereka. Ibadah Berlandaskan Rukun Islam Rukun Islam sebagai dasar ilmu agama Islam telah diajarkan sejak awal agar umat Islam dapat lebih memahaminya dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Rukun Islam merupakan dasar atau pondasi Islam dan harus selalu diamalkan agar keimanannya tetap terjaga sepanjang hayat. Dalam menjalankan rukun Islam, ada syarat-syarat tertentu yang dapat menjadikan wajib, sunnah, atau tidak wajibnya suatu ibadah. Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam pernah bersabda, “Islam dibangun di atas lima perkara, yaitu syahadat laa ilaaha illallah dan Muhammadan Rasulullah, menegakkan salat, menunaikan zakat, haji dan puasa Ramadhan”. HR. Al-Bukhari dan Muslim Di bawah ini adalah penjelasan singkat dari masing-masing rukun Islam. 1. Dua Kalimat Syahadat Dua kalimat syahadat diujarkan oleh umat Islam sebagai bukti keyakinannya dalam menerima Islam dan integritasnya dalam menjalankan Syariah wajib. Kata-kata dari dua ayat syahadat adalah “Asyhadu an-laa ilaaha illallaah Wa asyhadu anna Muhammadan rasuulullaah.” Artinya “Saya bersaksi tiada Tuhan Yang berhak disembah Selain Allah dan saya bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah.” Dengan membaca dua kalimat syahadat, seorang muslim percaya bahwa Allah adalah satu-satunya Tuhan yang berhak disembah dan bahwa Nabi Muhammad adalah utusannya. Muslim harus percaya bahwa Nabi Muhammad bukanlah tuhan yang disembah, tetapi utusan dari Allah Ta’ala di dunia untuk menyampaikan pesan Islam. 2. Sholat Sholat dilaksanakan sesuai waktu yang telah ditentukan, mulai dari sholat subuh di pagi hari sampai sholat Isya pada malam hari. “A’isyah radhiallahu’ anha, istri Nabi salallahu’alaihiwasallam,” dia bersabda “Pertama yang diwajibkan shalat kepada Rasulullah -shallallahu alaihi wasallam- adalah dua rakaat dua rakaat kecuali Maghrib yaitu 3 rakaat. Kemudian Allah menyempurnakan jumlah rakaat Dzhuhur, Ashar, dan Isya’ 4 rakaat dalam kondisi hadir tidak safar dan ditetapkan shalat di waktu safar sebagaimana kewajiban awal 2 rakaat” Ahmad 3. Puasa Rukun Islam ketiga adalah mewajibkan puasa di bulan Ramadan. Puasa berarti menahan diri dari makanan, minuman, hubungan perkawinan, dan segala sesuatu yang membatalkan puasa dari matahari terbit sampai terbenam. Intinya, bagian dari hikmah puasa adalah melatih diri untuk melawan segala nafsu seperti makan berlebihan, amarah, dan lainnya. 4. Zakat Ada dua jenis zakat dalam Islam zakat fitrah makanan pokok dan zakat Mal harta mencapai nisob dan haul. Zakat Fitrah akan dibayarkan selama bulan Ramadan dan sebelum memasuki Idul Fitri. Zakat Mal saat ini disimpan selama satu tahun dan dibayarkan setiap tahun dari harta/kekayaan/penghasilan yang memenuhi nisab setara dengan 85 gram emas. Zakat ini sangat berguna dalam membantu orang-orang miskin dan tidak mampu untuk memakmurkan kehidupan mereka. Sebagaimana Allah berfirman, ada delapan golongan yang berhak menerima zakat “Sesungguhnya, zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mualaf yang dibujuk hatinya, untuk memerdekakan budak, orang-orang yang berutang, untuk jalan Allah, dan untuk mereka yang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah.” Qs. At-Taubah60 Ayat tersebut menjabarkan kalau 8 golongan itu, ialah Fakir Miskin Orang yang mengurusi zakat Mualaf Pembebasan budak Orang yang terlilit utang Orang yang berjuang di jalan Allah Orang yang kehabisan bekal dalam perjalanan 5. Haji Sembahyang Haji ke Tanah Suci dilakukan setiap bulan Haji atau Zulhijah. Haji adalah kewajiban bagi umat Islam jika mereka mampu secara fisik dan finansial. Haji wajib bagi yang mampu karena perjalanan ke Tanah Suci membutuhkan banyak persiapan, mahal dan membutuhkan persiapan fisik dan mental bagi yang akan menjalaninya. Amalan Sunnah di Bulan Ramadhan Selain pengertian dan jenis ibadah dalam Islam, terdapat pula Amalan Sunnah di Bulan Ramadan, sebagai berikut. 1. Sahur Dalam hadist Riwayat Al-Bukhari diriwayatkan dari Anas bin Malik radhiallahu`anhu, bahwa Rasullulah bersabda “Bersahurlah kalian, karena pada santap sahur itu ada keberkahan.” Rasulullah SAW juga menganjurkan bahwa makan sahur adalah berkah bahkan hanya dengan seteguk air. Allah dan para malaikat mendoakan orang-orang yang makan sahur. Sahur memiliki berkah tersendiri yang dapat membuat orang yang sedang berpuasa menjadi lebih kuat dan lebih mudah untuk menjalankannya. 2. Menghatamkan dan mengaji Al-Qur’an Bulan Ramadan adalah bulan diturunkannya Al-Qur’an. Oleh karena itu, membaca Al-Qur’an atau Tadarus adalah amalan Sunnah di bulan puasa Ramadan dan sangat dianjurkan. وَكَانَ جِبْرِيلُ يَلْقَاهُ فِي كُلِّ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ فَيُدَارِسُهُ الْقُرْآنَ “Jibril menemuinya pada tiap malam malam bulan Ramadhan, dan dia Jibril bertadarus Al-Quran bersamanya. Bukhari No. 3220. 3. Bersedekah Memberi sedekah selama Ramadan juga merupakan kegiatan sehari-hari Nabi. Kedermawanannya seperti angin yang bertipu kencang. Menurut HR Bukharian, Nabi adalah orang yang paling dermawan, dan kedermawanannya meningkat selama Ramadan, terutama ketika Jibril datang menemuinya. 4. Berbagi makanan dengan orang yang berpuasa Berbagi makanan dengan orang yang berpuasa merupakan kebiasaan yang disunnahkan selama bulan Ramadan. Hal ini diriwayatkan oleh Hadist HR. Bei Tirmidzi مَنْ فَطَّرَ صَائِمًا كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِهِ غَيْرَ أَنَّهُ لَا يَنْقُصُ مِنْ أَجْرِ الصَّائِمِ شَيْئًا “Barang siapa yang memberikan makanan untuk berbuka bagi orang berpuasa maka dia akan mendapatkan pahala sebagaimana orang tersebut, tanpa mengurangi sedikit pun pahala orang itu.” 5. Memperbanyak berdoa Di Hadits riwayat Abu Hurairah ada tiga doa yang tidak akan pernah ditolak oleh Allah. Ketiganya adalah doa orang-orang yang berpuasa sampai mereka berpuasa, doa-doa para pemimpin yang saleh, dan doa-doa orang-orang yang dianiaya. Maka perbanyaklah berdoa selama bulan Ramadhan, yang pasti akan dikabulkan oleh Allah. 6. Mengutamakan buka puasa jika sudah waktunya Salah satu amalan yang mudah dan tentunya menyenangkan dilakukan saat berpuasa, Hal ini jelas diutarakan di HR. Al-Baihaqi كان أصحاب محمد صلى الله عليه و سلم أعجل الناس إفطارا وأبطأهم سحورا “Para sahabat Muhammad shallallahu alaihi wa sallam adalah manusia yang paling bersegera dalam berbuka puasa, dan paling akhir dalam sahurnya”. 7. Iktikaf Iktikaf atau berdiam diri di masjid, mencari keridhaan Allah dan introspeksi diri atas dosa, menurut Quraish Shihab, dilansir dalam hitungan detik dari berita 24/4/20. Tujuan dari Iktikaf itu sendiri adalah meditasi. Orang Quraisy menambahkan kalau dalam melakukan Iktikaf harus melihat substansi kontemplasi, introspeksi, dan muhasaba. Ini tidak harus dilakukan di masjid, tetapi bisa juga dilakukan di rumah. Jika Anda ingin melakukan iktikaf di masjid, Anda harus mengikuti protokol kesehatan yang ketat. 8. Tidak berbicara kasar Menurut hadits, Abu Hurairah mengatakan, Nabi bersabda bahwa puasa bukan hanya menahan diri dari makan dan minum. Namun, Anda dapat menghilangkan kata laghwu dan rafats. Laghwu adalah kata yang tidak berguna, sedangkan Rafats adalah kata kasar. 9. Umroh Umrah perlu mendapat persetujuan dari pemerintah daerah selama masa pandemi, banyak denda akan diterima jika izin tidak diperoleh selama periode umrah. Syarat umroh di masa pandemi adalah vaksinasi dan penggunaan protokol kesehatan yang ketat. Jemaat juga tidak diperbolehkan membawa anak sebagai pendamping. 10. Qiyam Ramadan Lakukan Qiyam Ramadan, atau shalat Tarawif dan shalat malam lainnya. Di masa pandemi shalat Tarawih bisa dilakukan di rumah dengan mengikuti beberapa persyaratan. Jika ingin mengikuti salat Tarawih di masjid, bisa mengikuti protokol kesehatan yang dikeluarkan pemerintah. Di bawah ini adalah hadits tentang shalat Tarawih عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu, bahwa Rasulullah bersabda “Barangsiapa yang salat malam pada bulan Ramadhan karena iman dan mengharap ganjaran dari Allah, maka akan diampuni dosa-dosanya yang lalu. HR. Bukhari No. 37, Muslim No. 759 Beberapa Hal yang Membatalkan Puasa 1. Memasukkan sesuatu ke dalam mulut Pemahaman paling dasar dari puasa adalah menahan diri dari makan atau minum pada waktu-waktu tertentu. Oleh karena itu, jika seseorang dengan sengaja memasukkan sesuatu melalui lubang pada anggota tubuhnya, maka puasanya batal. 2. Berhubungan suami istri Dilarang bagi umat Islam untuk berhubungan suami istri di siang hari selama puasa bahkan dengan pasangan yang sah sekalipun. 3. Muntah Barangsiapa memasukkan sesuatu ke dalam mulutnya dan dengan sengaja memuntahkannya, puasanya tidaklah sah. Namun, jika dengan tidak disengaja maka itu tidak membatalkan puasa. 4. Ejakulasi Ejakulasi yang disengaja saat puasa membatalkan puasa. Entah itu seks atau masturbasi. Akan tetapi jika ejakulasi tidak sengaja misal karena mimpi, itu tidak akan membatalkan puasa. 5. Kegilaan Jika seseorang kehilangan kesadaran atau tiba-tiba menjadi gila, puasanya menjadi batal. Pasalnya, puasa hanya wajib bagi orang yang sehat pikiran dan kesadaran penuh. 6. Murtad Syarat utama puasa Ramadhan adalah keyakinan bahwa perintah puasa datangnya dari Allah SWT. Puasanya otomatis batal ketika seseorang tidak lagi beriman kepada Allah dan perintah-perintah-Nya. Ibadah Puasa dan Menu Berbuka yang Dianjurkan Nabi 1. Kurma Sebagai Menu Sahur dan Tanggal Puasa Sahur merupakan salah satu ibadah sunnah yang sangat dianjurkan oleh Nabi Muhammad SAW. Menurut hadits, menurut hadir riwayat Abu Daud, Nabi memiliki kebiasaan makan kurma saat sahur. Kurma adalah pilihan makanan yang tepat untuk Sahur. Mengutip dari sisi kesehatan, buah ini mengandung cukup kalori, serat dan karbohidrat untuk bahan bakar tubuh. Kita akan merasa kenyang lebih lama saat mengonsumsinya karena kurma termasuk sumber karbohidrat kompleks. Selain itu, kurma juga kaya akan berbagai nutrisi lain, seperti antioksidan, vitamin B, C, dan K, kalsium, zat besi, dan sebagainya. Tak hanya saat sahur, menurut hadis yang diriwayatkan Abu Daud, Rasulullah juga selalu mengakhiri puasanya dengan kurma yang masih segar. Jika tidak ada, beliau akan mengambil kurma kering. Lalu jika keduanya tak ada, barulah beliau minum air putih. Setelah itu, nabi akan menjalankan salat Magrib. 2. Berbagai sayuran dan buah-buahan untuk sahur dan berbuka puasa Menu penting lainnya adalahi sayuran dan buah-buahan. Buah-buahan yang digunakan oleh Nabi Muhammad, antara lain, adalah Melon Anggur Zaitun Delima Buah tin Untuk sayurannya, Nabi Muhammad suka mengkonsumsi berbagai sayuran seperti labu, zukin, bit dan mentimun. Tidak hanya enak, makan sayur dan buah setelah puasa juga sangat bermanfaat bagi kesehatan tubuh. Dengan mengkonsumsi buah dan sayur, kebutuhan tubuh akan vitamin, mineral dan serat akan terpenuhi. Tubuh akan terasa bugar setelahnya. 3. Daging domba sebagai menu utama berbuka Selain sayuran dan buah-buahan, Nabi Muhammad SAW juga suka mengonsumlsi domba. Selain dagingnya yang lezat yang kondisinya diproses menjadi berbagai menu makanan, domba juga dapat memberikan banyak manfaat sebagai berikut Mendukung sistem antioksidan tubuh, Meningkatkan daya tahan dan kinerja fisik Meningkatkan kesehatan kulit Pemeliharaan imunitas Mendukung kesehatan sistem saraf. Namun, perlu dicatat bahwa Nabi Muhammad tidak terlalu sering mengkonsumsi daging. Beliau lebih suka memakan-makanan dari tumbuhan. Kebiasaan makan daging terlalu banyak tidak dianjurkan. Seperti dilansir situs Mayo Clinic di berbagai penelitian menunjukkan bahwa makan terlalu banyak daging dapat meningkatkan risiko penyakit jantung, stroke, diabetes, dan beberapa penyakit lainnya. 4. Susu untuk sahur dan berbuka Yang terakhir adalah susu. Susu juga merupakan salah satu minuman favorit Nabi Muhammad. Susu sangat bermanfaat bagi kesehatan tubuh Anda karena menyediakan kalsium dan juga sangat baik bagi mereka yang ingin menurunkan berat badan. Dari berbagai jenis susu, Rasulullah SAW ternyata penggemar susu kambing. Sunnah Muslim ini bisa ditaati karena susu kambing memiliki banyak manfaat. Selain itu, susu juga merupakan minuman yang disebutkan dalam Alquran. Seorang teman bercerita bahwa Rasulullah SAW mengkonsumsi susu kambing, susu sapi, dan susu unta. Nabi secara khusus menasehati umatnya untuk minum susu sapi. “Hendaklah kalian minum susu sapi karena ia makan dari setiap pohon.” HR. Ahmad, Hakim dan Ibnu Hibban. Demikian penjelasan mengenai pengertian dan jenis ibadah dalam Islam yang perlu kita ketahui. Sebagai SahabatTanpaBatas, Gramedia akan selalu memberikan produk-produk terbaik yang bisa kamu dapatkan di agar kamu bisa memiliki informasi LebihDenganMembaca. Bagi Grameds yang tertarik untuk mengetahui lebih lanjut seputar pengertian dan jenis ibadah dalam Islam, dapat membaca buku yang bisa didapatkan melalui Gramedia. Penulis Arizal Muhammad Valevi BACA JUGA 7 Ibadah yang Dianjurkan di Bulan Ramadhan 6 Macam Tempat Ibadah Agama di Indonesia Rekomendasi Buku Tuntunan Shalat Agar Ibadah Makin Khusyu! Pengertian Puasa Jenis, Syarat, Rukun, dan Ketentuannya Rukun Haji Pengertian Haji, Syarat Haji, dan Keutamaannya ePerpus adalah layanan perpustakaan digital masa kini yang mengusung konsep B2B. Kami hadir untuk memudahkan dalam mengelola perpustakaan digital Anda. Klien B2B Perpustakaan digital kami meliputi sekolah, universitas, korporat, sampai tempat ibadah." Custom log Akses ke ribuan buku dari penerbit berkualitas Kemudahan dalam mengakses dan mengontrol perpustakaan Anda Tersedia dalam platform Android dan IOS Tersedia fitur admin dashboard untuk melihat laporan analisis Laporan statistik lengkap Aplikasi aman, praktis, dan efisien

Sholatadalah ibadah ritual yang dijalankan sebagai sarana penghubung antara manusia dengan Allah SWT. Zakat adalah ibadah yang memiliki dimensi sosial kemasyarakatan sebagai perwujudan ketaatan seorang muslim kepada Allah. Puasa adalah ibadah yang memperkuat kepribadian, dan haji sebagai rukun Islam terakhir yang memperlihatkan ketaatan

Macam – Keberagaman ibadah – Ibadah adalah Mengesakan Allah Subhannahu Wa Ta’ala dan Mengagungkan-Nya dengan segala kesetiaan dan kerendahan diri kepada Yang mahakuasa Swt. Lebih lengkapnya kami centung membicarakan materi adapun Macam – Jenis Ibadah Kepada Almalik Swt Secara Lengkap. Maka simaklah ulasannya di bawah ini. Denotasi Ibadah Tipe – Diversifikasi Ibadah a. Macam-Macam Ibadah Lisan dan Badan b. Neko-neko Ibadah Hati Share this Related posts Pengertian Ibadah Ibadah artinya merusakkan diri serta tunduk. Adapun dalam syara’, ibadah punya bberbagai definisi, Namun makna pamrih atau maksudnya tetap sebabat. Definisi tersebut diantaranya Ibadah merupakan patuh kepada Yang mahakuasa Subhanahu Wa Ta’ala dengan melaksanakan perintah-Nya melalui lisan para rasul-Nya. Ibadah ialah ki memberaki diri kepada Halikuljabbar SWT yakni tingkatan tunduk paling janjang disertai dengan rasa Kecintaan yang minimum strata. Ibadah juga yaitu pelaksanaan yang mencakup seluruh yang dicintai dan diridhai Allah Swt, substansial Pikiran, Bacot, dan ragam, yang zhahir atau batin. Adapun definisi ibadah menurut sejumlah Ulama nan berbeda-beda namun tetap satu tujuannya yakni meningkatkan kecintaan kepada Halikuljabbar Swt, Adapun definisi itu diantaranya Jamhur’ Tauhid, Ibadah merupakan “Mengesakan Almalik Subhannahu Wa Ta’ala dan Mengagungkan-Nya dengan segala disiplin dan kehinaan diri kepada Allah Swt. Ulama’ Tata krama, Ibadah adalah “Pengamalan segala kepatuhan kepada Halikuljabbar Subhananu Wa Ta’ala secara badaniah, dengan cara menegakkan syariat islam.” Cerdik pandai’ Suluk, Ibadah yaitu “Ulah mukalaf yang berlawanan dengan hawa nafsunya cak bagi mengagungkan dan mengesakan Yang mahakuasa Subhanahu Wa Ta’ala. Ulama’ Fikih, Ibadah ialah “Mengamalkan kepatuhan yang tujukan untuk mencecah ridha dengan mengharapkan pahala di darul baka.” Sedangkan menurut jumhur ulama’ “Ibadah yaitu nama yang mencakup segala sesuatu yang dicintai Tuhan dan nan diridlai baik berupa ingatan, congor, ataupun perbuatan, baik yang zohir Secara Mengendap-endap ataupun batin Secara Diam-sengap.” Tuhan Subhanahu wa Ta’ala berfirman Artinya ; “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembahKu. Aku tidak menghendaki rezki sedikitpun dari mereka dan Aku lain menuntut supaya mereka membagi Aku makan. Selayaknya Sang pencipta Dialah Maha Pemberi rezki Yang Memiliki Kekuatan pula Suntuk Kokoh”. [Adz-Dazariyat/51 56-58]. Berdasarkan firman Allah Swt diatas, Hikmah penciptaan jin & manusia ialah agar mereka mengerjakan ibadah kepada Allah Swt . Dan Yang mahakuasa Swt Maha rani, bukan membutuhkan ibadah mereka, doang merekalah sendirilah yang membutuhkannya; Karena ketagihan kepada Allah, maka mereka menyembah-Nya sesuai dengan kebiasaan syari’at-Nya. Dan barangkali nan menyembah-Nya dan sesuai dengan syari’at-Nya, beliau adalah mukmin muwahhid memusatkan Allah. Sahaja yang menyembah Allah. Swt tetapi diluar yang telah disyari’atkan-Nya maka ia adalah praktisi bid’ah mubtadi’ . Dan yang enggan atau bahkan memurukkan beribadah kepada Almalik, mereka adalah khalayak yang sok. Macam – Jenis Ibadah Terdapat majemuk macam ibadah yakni ibadah Lisan/ Jasmaniah Dan Ibadah Hati/ Perasaan, Adapun penjabaran semenjak macam-jenis ibadah tersebut adalah a. Macam-Macam Ibadah Oral dan Badan Sholat Puasa Zakat Haji Berkata jujur Melaksanakan amanah Berbakti kepada anak adam tua Ayah&Ibu Bersilatuhrahmi / Menyambung persaudaraan. Menunaikan janji janji Memerintahkan kepada nan ma’ruf, Melarang kemungkaran atau ki kebusukan. Sembahyang Berdzikir Membaca Al-Qur’an. Mengamalkan baik terhadap orang miskin, tetangga, anak yatim, pengembara, budak serta sato. b. Macam-macam Ibadah Hati CintaMahabbah kepada Yang mahakuasa dan Nabi-Nya. Ngeri Khauf kepada Allah Inabah taubat dan gelimbir kepada Halikuljabbar Sabar & Ridho terhadap syariat dan ketetatapan-Nya. Mengikhlaskan ibadah saja kepada-Nya. Sabar & Ridho terhadap hukum dan ketetatapan-Nya. Berterima kasih atas lemak yang selalu diberi oleh Nya Tawakkal kepada-Nya Mendambakan pemberian-Nya Karena ibadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah merupakan suatu hal yang Dicintai dan ridhoi-Nya, nan karenanya Allah Azza Wa Jalla menciptakan insan, seperti mana nan mutakadim difirman Halikuljabbar ta’ala, “Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku sekadar.” Adz-Dzariyyat 56 Demikianlah ulasan kami mengenai Aneh-aneh Ibadah, Hendaknya menaik ketaattan kita dan kecintaan kita kepada Allah Swt dan Utusan tuhan-Nya, Amiin.. Artikel lainnya Signifikasi Ganjaran – Neko-neko Bilangan Dan Contohnya Aksioma Pengertian, Syarat, Premis, Tawaran, Teorema dan Contohnya Administrasi Perkantoran – Denotasi, Keistimewaan, Tugas, dan Ruang Lingkup
Disiniakan mengupas tuntas mengenai contoh syair beserta maknanya. Mulai dari contoh syair pendidikan, nasihat, agama, cinta, asmara, lingkungan dan lain-lain. Nah sebelum itu kamu harus tahu dulu pengertian syair, perkembangan syair, ciri-ciri dan macam-macam syair. Pengertian Syair Secara terminologi kata Syair diserap dari Bahasa Arab yaitu Syi’ir atau Syu’ur
Ketujuh PENGERTIAN IBADAH DALAM ISLAM[1]Oleh Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas A. Definisi Ibadah Ibadah secara bahasa etimologi berarti merendahkan diri serta tunduk. Sedangkan menurut syara’ terminologi, ibadah mempunyai banyak definisi, tetapi makna dan maksudnya satu. Definisi itu antara lain adalahIbadah adalah taat kepada Allah dengan melaksanakan perintah-Nya melalui lisan para adalah merendahkan diri kepada Allah Azza wa Jalla, yaitu tingkatan tunduk yang paling tinggi disertai dengan rasa mahabbah kecintaan yang paling adalah sebutan yang mencakup seluruh apa yang dicintai dan diridhai Allah Azza wa Jalla, baik berupa ucapan atau perbuatan, yang zhahir maupun yang bathin. Yang ketiga ini adalah definisi yang paling terbagi menjadi ibadah hati, lisan, dan anggota badan. Rasa khauf takut, raja’ mengharap, mahabbah cinta, tawakkal ketergantungan, raghbah senang, dan rahbah takut adalah ibadah qalbiyah yang berkaitan dengan hati. Sedangkan tasbih, tahlil, takbir, tahmid dan syukur dengan lisan dan hati adalah ibadah lisaniyah qalbiyah lisan dan hati. Sedangkan shalat, zakat, haji, dan jihad adalah ibadah badaniyah qalbiyah fisik dan hati. Serta masih banyak lagi macam-macam ibadah yang berkaitan dengan amalan hati, lisan dan inilah yang menjadi tujuan penciptaan manusia. Allah berfirmanوَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ مَا أُرِيدُ مِنْهُم مِّن رِّزْقٍ وَمَا أُرِيدُ أَن يُطْعِمُونِ إِنَّ اللَّهَ هُوَ الرَّزَّاقُ ذُو الْقُوَّةِ الْمَتِينُ“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku. Aku tidak menghendaki rizki sedikit pun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi makan kepada-Ku. Sesungguhnya Allah Dia-lah Maha Pemberi rizki Yang mempunyai kekuatan lagi sangat kokoh.” [Adz-Dzaariyaat/51 56-58]Allah Azza wa Jalla memberitahukan bahwa hikmah penciptaan jin dan manusia adalah agar mereka melaksanakan ibadah hanya kepada Allah Azza wa Jalla. Dan Allah Mahakaya, tidak membutuhkan ibadah mereka, akan tetapi merekalah yang membutuhkan-Nya, karena ketergantungan mereka kepada Allah, maka barangsiapa yang menolak beribadah kepada Allah, ia adalah sombong. Siapa yang beribadah kepada-Nya tetapi dengan selain apa yang disyari’atkan-Nya, maka ia adalah mubtadi’ pelaku bid’ah. Dan barangsiapa yang beribadah kepada-Nya hanya dengan apa yang disyari’atkan-Nya, maka ia adalah mukmin muwahhid yang mengesakan Allah. B. Pilar-Pilar Ubudiyyah yang Benar Sesungguhnya ibadah itu berlandaskan pada tiga pilar pokok, yaitu hubb cinta, khauf takut, raja’ harapan.Rasa cinta harus disertai dengan rasa rendah diri, sedangkan khauf harus dibarengi dengan raja’. Dalam setiap ibadah harus terkumpul unsur-unsur ini. Allah berfirman tentang sifat hamba-hamba-Nya yang mukminيُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَهُ“Dia mencintai mereka dan merekapun mencintai-Nya.” [Al-Maa-idah/5 54]وَالَّذِينَ آمَنُوا أَشَدُّ حُبًّا لِّلَّهِ“Adapun orang-orang yang beriman sangat besar cinta-nya kepada Allah.” [Al-Baqarah/2 165]إِنَّهُمْ كَانُوا يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَيَدْعُونَنَا رَغَبًا وَرَهَبًا ۖ وَكَانُوا لَنَا خَاشِعِينَ“Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam mengerjakan kebaikan dan mereka berdo’a kepada Kami dengan penuh harap dan cemas. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu’ kepada Kami.” [Al-Anbiya’/21 90]Sebagian Salaf berkata[2], “Siapa yang beribadah kepada Allah dengan rasa cinta saja, maka ia adalah zindiq[3], siapa yang beribadah kepada-Nya dengan raja’ saja, maka ia adalah murji’[4]. Dan siapa yang beribadah kepada-Nya hanya dengan khauf, maka ia adalah haruriy[5]. Barangsiapa yang beribadah kepada-Nya dengan hubb, khauf, dan raja’, maka ia adalah mukmin muwahhid.” C. Syarat Diterimanya Ibadah Ibadah adalah perkara tauqifiyah yaitu tidak ada suatu bentuk ibadah yang disyari’atkan kecuali berdasarkan Al-Qur-an dan As-Sunnah. Apa yang tidak disyari’atkan berarti bid’ah mardudah bid’ah yang ditolak sebagaimana sabda Nabi Shallallahu alaihi wa sallam مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ.“Barangsiapa yang beramal tanpa adanya tuntunan dari kami, maka amalan tersebut tertolak.”[6]Agar dapat diterima, ibadah disyaratkan harus benar. Dan ibadah itu tidak bisa dikatakan benar kecuali dengan adanya dua syaratIkhlas karena Allah semata, bebas dari syirik besar dan sesuai dengan tuntunan Rasulullah Shallallahu alaihi wa yang pertama merupakan konsekuensi dari syahadat laa ilaaha illallaah, karena ia mengharuskan ikhlas beribadah hanya kepada Allah dan jauh dari syirik kepada-Nya. Sedangkan syarat kedua adalah konsekuensi dari syahadat Muhammad Rasulullah, karena ia menuntut wajibnya taat kepada Rasul, mengikuti syari’atnya dan meninggal-kan bid’ah atau ibadah-ibadah yang Subhanahu wa Ta’ala berfirmanبَلَىٰ مَنْ أَسْلَمَ وَجْهَهُ لِلَّهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ فَلَهُ أَجْرُهُ عِندَ رَبِّهِ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ“Tidak demikian bahkan barangsiapa yang menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah, dan ia berbuat kebajikan, maka baginya pahala di sisi Rabb-nya dan tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati.” [Al-Baqarah/2 112]Aslama wajhahu menyerahkan diri artinya memurnikan ibadah kepada Allah. Wahua muhsin berbuat kebajikan artinya mengikuti Rasul-Nya Shallallahu alaihi wa Islam mengatakan, “Inti agama ada dua pilar yaitu kita tidak beribadah kecuali hanya kepada Allah, dan kita tidak beribadah kecuali dengan apa yang Dia syari’atkan, tidak dengan bid’ah.”Sebagaimana Allah berfirmanفَمَن كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا“Maka barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Rabb-nya maka hendaknya ia mengerjakan amal shalih dan janganlah ia mempersekutukan sesuatu pun dalam beribadah kepada Rabb-nya.” [Al-Kahfi/18 110]Hal yang demikian itu merupakan manifestasi perwujudan dari dua kalimat syahadat Laa ilaaha illallaah, Muhammad yang pertama, kita tidak beribadah kecuali kepada-Nya. Pada yang kedua, bahwasanya Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam adalah utusan-Nya yang menyampaikan ajaran-Nya. Maka kita wajib membenarkan dan mempercayai beritanya serta mentaati perintahnya. Beliau Shallallahu alaihi wa sallam telah menjelaskan bagaimana cara kita beribadah kepada Allah, dan beliau Shallallahu alaihi wa sallam melarang kita dari hal-hal baru atau bid’ah. Beliau Shallallahu alaihi wa sallam mengatakan bahwa semua bid’ah itu sesat[7].Bila ada orang yang bertanya “Apa hikmah di balik kedua syarat bagi sahnya ibadah tersebut?”Jawabnya adalah sebagai berikutSesungguhnya Allah memerintahkan untuk mengikhlaskan ibadah kepada-Nya semata. Maka, beribadah kepada selain Allah di samping beribadah kepada-Nya adalah kesyirikan. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirmanفَاعْبُدِ اللَّهَ مُخْلِصًا لَّهُ الدِّينَ“Maka sembahlah Allah dengan tulus ikhlas beragama kepada-Nya.” [Az-Zumar/39 2]Sesungguhnya Allah mempunyai hak dan wewenang Tasyri’ memerintah dan melarang. Hak Tasyri’ adalah hak Allah semata. Maka, barangsiapa beribadah kepada-Nya bukan dengan cara yang diperintahkan-Nya, maka ia telah melibatkan dirinya di dalam Tasyri’.Sesungguhnya Allah telah menyempurnakan agama bagi kita[8]. Maka, orang yang membuat tata cara ibadah sendiri dari dirinya, berarti ia telah menambah ajaran agama dan menuduh bahwa agama ini tidak sempurna mempunyai kekurangan.Dan sekiranya boleh bagi setiap orang untuk beribadah dengan tata cara dan kehendaknya sendiri, maka setiap orang menjadi memiliki caranya tersendiri dalam ibadah. Jika demikian halnya, maka yang terjadi di dalam kehidupan manusia adalah kekacauan yang tiada taranya karena perpecahan dan pertikaian akan meliputi kehidupan mereka disebabkan perbedaan kehendak dan perasaan, padahal agama Islam mengajarkan kebersamaan dan kesatuan menurut syari’at yang diajarkan Allah dan Rasul-Nya. D. Keutamaan Ibadah Ibadah di dalam syari’at Islam merupakan tujuan akhir yang dicintai dan diridhai-Nya. Karenanyalah Allah menciptakan manusia, mengutus para Rasul dan menurunkan Kitab-Kitab suci-Nya. Orang yang melaksanakannya dipuji dan yang enggan melaksanakannya Subhanahu wa Ta’ala berfirmanوَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ ۚ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ“Dan Rabb-mu berfirman, Berdo’alah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang sombong tidak mau beribadah kepada-Ku akan masuk Neraka Jahannam dalam keadaan hina dina.’” [Al-Mu’min/40 60]Ibadah di dalam Islam tidak disyari’atkan untuk mempersempit atau mempersulit manusia, dan tidak pula untuk menjatuhkan mereka di dalam kesulitan. Akan tetapi ibadah itu disyari’atkan untuk berbagai hikmah yang agung, kemashlahatan besar yang tidak dapat dihitung jumlahnya. Pelaksanaan ibadah dalam Islam semua adalah antara keutamaan ibadah bahwasanya ibadah mensucikan jiwa dan membersihkannya, dan mengangkatnya ke derajat tertinggi menuju kesempurnaan keutamaan ibadah juga bahwasanya manusia sangat membutuhkan ibadah melebihi segala-galanya, bahkan sangat darurat membutuhkannya. Karena manusia secara tabi’at adalah lemah, fakir butuh kepada Allah. Sebagaimana halnya jasad membutuhkan makanan dan minuman, demikian pula hati dan ruh memerlukan ibadah dan menghadap kepada Allah. Bahkan kebutuhan ruh manusia kepada ibadah itu lebih besar daripada kebutuhan jasadnya kepada makanan dan minuman, karena sesungguhnya esensi dan subtansi hamba itu adalah hati dan ruhnya, keduanya tidak akan baik kecuali dengan menghadap bertawajjuh kepada Allah dengan beribadah. Maka jiwa tidak akan pernah merasakan kedamaian dan ketenteraman kecuali dengan dzikir dan beribadah kepada Allah. Sekalipun seseorang merasakan kelezatan atau kebahagiaan selain dari Allah, maka kelezatan dan kebahagiaan tersebut adalah semu, tidak akan lama, bahkan apa yang ia rasakan itu sama sekali tidak ada kelezatan dan bahagia karena Allah dan perasaan takut kepada-Nya, maka itulah kebahagiaan yang tidak akan terhenti dan tidak hilang, dan itulah kesempurnaan dan keindahan serta kebahagiaan yang hakiki. Maka, barangsiapa yang menghendaki kebahagiaan abadi hendaklah ia menekuni ibadah kepada Allah semata. Maka dari itu, hanya orang-orang ahli ibadah sejatilah yang merupakan manusia paling bahagia dan paling lapang ada yang dapat menenteramkan dan mendamaikan serta menjadikan seseorang merasakan kenikmatan hakiki yang ia lakukan kecuali ibadah kepada Allah semata. Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Tidak ada kebahagiaan, kelezatan, kenikmatan dan kebaikan hati melainkan bila ia meyakini Allah sebagai Rabb, Pencipta Yang Maha Esa dan ia beribadah hanya kepada Allah saja, sebagai puncak tujuannya dan yang paling dicintainya daripada yang lain.[9]Termasuk keutamaan ibadah bahwasanya ibadah dapat meringankan seseorang untuk melakukan berbagai kebajikan dan meninggalkan kemunkaran. Ibadah dapat menghibur seseorang ketika dilanda musibah dan meringankan beban penderitaan saat susah dan mengalami rasa sakit, semua itu ia terima dengan lapang dada dan jiwa yang keutamaannya juga, bahwasanya seorang hamba dengan ibadahnya kepada Rabb-nya dapat membebaskan dirinya dari belenggu penghambaan kepada makhluk, ketergantungan, harap dan rasa cemas kepada mereka. Maka dari itu, ia merasa percaya diri dan berjiwa besar karena ia berharap dan takut hanya kepada Allah ibadah yang paling besar bahwasanya ibadah merupakan sebab utama untuk meraih keridhaan Allah l, masuk Surga dan selamat dari siksa Neraka.[Disalin dari buku Prinsip Dasar Islam Menutut Al-Qur’an dan As-Sunnah yang Shahih, Penulis Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Penerbit Pustaka At-Taqwa Po Box 264 Bogor 16001, Cetakan ke 3] _______ Footnote [1] Pembahasan ini dinukil dari kitab ath-Thariiq ilal Islaam cet. Darul Wathan, th. 1421 H oleh Syaikh Muhammad bin Ibrahim al-Hamd, al-Ubudiyyah oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah tahqiq Syaikh Ali bin Hasan Abdul Hamid, dan Mawaaridul Amaan al-Muntaqa min Ighaatsatul Lahafan oleh Syaikh Ali bin Hasan Abdul Hamid [2] Lihat al-Ubuudiyyah oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah, tahqiq Syaikh Ali bin Hasan bin Ali Abdul Hamid al-Halaby al-Atsary hal. 161-162, Maktabah Darul Ashaalah 1416 H [3] Zindiq adalah orang yang munafik, sesat dan mulhid. [4] Murji’ adalah orang murji’ah, yaitu golongan yang mengatakan bahwa amal bukan bagian dari iman, iman hanya dalam hati. [5] Haruriy adalah orang dari golongan khawarij yang pertama kali muncul di Harura’, dekat Kufah, yang berkeyakinan bahwa orang mukmin yang berdosa besar adalah kafir. [6] HR. Muslim no. 1718 18 dan Ahmad VI/146; 180; 256, dari hadits Aisyah Radhiyallahu anhuma. [7] Lihat al-Ubudiyyah oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah, tahqiq Ali Hasan Ali Abdul Hamid hal. 221-222. [8] Lihat surat Al-Maa-idah ayat 3 [9] Mawaaridul Amaan al-Muntaqa min Ighatsatul Lahafan hal. 67, oleh Syaikh Ali Hasan Ali Abdul Hamid. Home /A2. Prinsip Dasar Islam/Pengertian Ibadah Dalam Islam rhmbw. 264 369 70 6 176 471 105 43 187

3 contoh ibadah secara ritual